Atasi Polusi Udara, KLHK Upayakan Modifikasi Cuaca

Jakarta, Kaltimnow.id  – Tangani polusi udara di Jakarta, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan kerusakan Lingkungan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro mengatakan, operasi teknologi modifikasi cuaca dengan menyemai garam ke lapisan atmosfer masih dinilai belum maksimal.

Langkah tersebut hanya menghasilkan sedikit awan hujan akibat musim kemarau panjang.

“Dalam beberapa diskusi, teknologi alternatif karena untuk teknologi modifikasi cuaca tidak terbatas dengan pesawat yang menabur garam, tetapi dalam skala mikro misalnya dengan membuat semprotan air berkabut dari gedung yang tinggi,” katanya, dikutip dari Antara, Kamis (24/8/2023) kemarin.

Dimana, pemerintah pusat melirik teknologi alternatif dalam skala mikro untuk mengatasi polusi udara melalui penyemprotan air berkabut yang dilakukan dari gedung-gedung tinggi di wilayah Jakarta.

Sigit menjelaskan, saat ini pemerintah sedangan menginventarisasi gedung-gedung tinggi mana saja yang berpotensi untuk dilakukan penyemprotan air berkabut dan menginventarisasi pemilik teknologi tersebut.

Dirinya juga menambahkan, pemerintah telah bertemu dengan pihak Pertamina yang memiliki teknlogi yang dimaksud untuk mengamankan fasilitas kilang dan depo.

“Besok (Jumat) akan diadakan rapat dengan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menkomarves) untuk menginventarisasi semua sumber-sumber yang ada. Kemudian titik mana saja yang jadi prioritas, karena keterbatasan alat serta ketersediaan sumber untuk mendukung itu,” ujarnya.

Adapun teknologi penyemprotan air berkabut tidak bisa menyelesaikan masalah polusi udara seluas Jabodetabek. Sehingga, pemerintah pusat akan memilih daerah mana saja yang diprioritaskan untuk kegiatan penyemprotan tersebut.

Hingga sampai saat ini, pihaknya terus memantau kondisi cuaca dan awan hujan sebagai modal untuk mengurangi polusi udara melalui teknologi modifikasi cuaca di Jakarta.

Kegiatan operasi teknologi modifikasi cuaca yang dilakukan pada 19-21 Agustus 2023 lalu, hujan turun hanya di Bogor, Tangerang Selatan, dan Depok. Sedangkan di Jakarta hujan turun belum optimal.

“Pada 28 Agustus diperkirakan ada potensi awan hujan yang cukup di Jakarta. Kami akan upayakan penerapan teknologi ini pada tanggal itu, tetapi untuk pelaksanaannya masih menunggu konfirmasi lagi dari BMKG,” beber Sigit.

Berdasarkan analisa BMKG, peluang untuk memodifikasi cuaca masih terbuka hanya saja peluang itu cukup berat untuk dilakukan dengan melihat kondisi musim kemarau yang minim awan kumulus yang menjadi target penaburan garam semai. (Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *