Kutai Kartanegara – Kerupuk adalah makanan ringan pada umumnya dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan.
Asmah, seorang warga Handil C, RT 6, Anggana, Kutai Kartanegara, memulai berbisnis kerupuk sejak 2014 yang bernama Kerupuk Udang Mozaini.
Pada awalnya, ia merintis karir dari berjualan kerupuk udang, lalu lambat laun ia mencoba menambah produk baru berupa kerupuk dengan campuran ikan.
“Saya sudah berjualan itu semenjak 2014. Awalnya saya berjualan Kerupuk udang, makanya namanya Kerupuk Udang Mozaini, sampai kesini saya coba produk baru kerupuk ikan, supaya banyak macam jenisnya,” ujar Asmah, Rabu (25/11/2020) siang.
Belajar mengolah kerupuk, kata Asmah berawal dari melihat tetangganya yang sedang membuat olahan kerupuk. Mulai dari membuat adonan, penjemuran, sampai penggorengan, hingga akhirnya ia mencobanya sendiri dirumah.
“Membuat kerupuk sendiri awalnya itu saya belajar dari tetangga, saya melihat kayak mana prosesnya mereka buat kerupuk ini. lalu saya coba dan praktekkan dirumah,” jelasnya.
Dalam sekali pembuatan kerupuk, Asmah biasanya menghabiskan 4 kg adonan, itu bisa menghasilkan 20 bungkus kerupuk. dengan harga perbungkusnya Rp10 ribu.
Sebelum masa pandemi, Asmah biasanya mendapat banyak pesanan hingga sempat kewalahan karena kehabisan bahan baku untuk membuat kerupuk.
Namun dampak dari pandemi ini membuat produksi kerupuk dan omsetnya sangat berkurang drastis karena masih banyak stok yang tersisa.
“Kemarin itu saya bisa menjual sampai stok sama bahan baku saya habis, tapi karena corona ini produksi juga menurun dan ini saja masih banyak stok kerupuk yang belum terjual,” terangnya.
Meski penjualan kerupuk menurun, Asmah tetap bersyukur kerupuknya masih dapat terjual walaupun tidak begitu banyak seperti sebelum pandemi, hingga sekarang penjualan kerupuknya sudah sampai Kalimantan Barat.
“Saya bersyukur walaupun dimasa pandemi seperti ini agak susah ya, tetapi kemarin tuh sempat ada yang pesan dari Kalbar,” katanya.
Asmah mengatakan, kendala yang dialaminya saat ini adalah modal mempromosikan produk olahan kerupuknya.
“Kalau kendala sih, susah di promosinya aja mas sama modalnya,” jelasnya.
Ia berharap kepada pemerintah untuk bisa selalu membina dan membantu prihal poromosi dan tambahan dana untuk UMKM di Kutai Kartanegara. (yue)