Samarinda, Kaltimnow.id – Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim menggelar acara bincang-bincang pariwisata bersama sejumlah jurnalis di Samarinda, pada Sabtu (09/10/2021) sore.
Acara tersebut berlangsung di Cafe Salman Avenue, Jalan Sirajd Salman Samarinda, dengan mengusung tema membangun kolaborasi kelembagaan dalam pengembangan ekonomi kreatif Kaltim.
Berdasarkan Opus Creative Economy Outlook 2019, sektor ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar Rp 1.105 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Angka ini membawa nama Indonesia dalam posisi ketiga di dunia, untuk jumlah kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB negara. Pada tahun 2019, sektor ekonomi kreatif mampu menyerap 17 juta tenaga kerja. Potensi ini sangat besar untuk mengentaskan masalah lapangan pekerjaan di tanah air.
Kepala Dispar Kaltim Sri Wahyuni mengatakan, pertumbuhan ekonomi kreatif Kaltim antara lain ditandai dengan keberhasilan dua daerah yakni Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Balikpapan sebagai 10 Kabupaten/Kota Kreatif di tanah air yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
“Kabupaten Kutai Kartanegara ditetapkan sebagai Kabupaten kreatif dengan ekosistem terbaik untuk sub sektor seni pertunjukkan, bahkan mencapai empat besar Kabupaten/Kota kreatif terpilih pada tahun 2018,” ucapnya saat menjadi narasumber di kegiatan Bincang-bincang Pariwisata.
Sedangkan untuk Kota Balikpapan terpilih sebagai Kota kreatif dengan ekosistem terbaik di sub sektor aplikasi dan games developer.
“Di masa pandemi sekalipun, beberapa sub sektor ekonomi kreatif seperti kuliner dan fashion mampu bertahan dan terus tumbuh berkembang baik dalam skala nasional maupun regional,” ucapnya, kepada awak media.
Lebih lanjut, Sri Wahyuni membeberkan bahwa pada tanggal 11-13 Oktober 2021, pihaknya akan melaksanakan workshop manajemen event musisi. Begitu pula dengan hasil kreasi musik akan dipamerkan juga.
“Kita sudah memadupadankan kegiatan dengan OPD terkait. 13 Oktober kita sudah mengawali sosialisasi kesadaran untuk hak kekayaan intelektual salah contoh dari sisi Kemenkumham Kaltim yang akan menjadi narasumber pada dialog intelektual. Lalu akan kita sosialisasikan juga aplikasi ekonomi kreatif yang akan segera launching,” tuturnya.
Bukan hanya itu, narasumber dalam membangun ekonomi kreatif (Ekraf) juga akan diberikan. Karena perlu sekali pelaku ekraf mendapatkan pondasi awal dalam membangun ekosistem ekraf.
“Jadi harapan kita dengan adanya komite ekraf yang pertama kita bangun adalah bagaimana memastikan rantai ekonomi atau ekosistem ekraf bisa tersedia dengan baik,” kata Sri Wahyuni.
Tambahnya, ekosistem ekraf itu terdiri dari tiga poin penting. Yang pertama ialah proses produksi. Ini untuk memastikan bagaimana kesiapan dari sektor bahan bakunya.
Yang kedua proses kreasinya, ide dalam menjalankan ekraf, apakah sudah ada kekayaan intelektual atau belum. Yang ketiga yaitu proses distribusi, disini untuk melihat bagaimana cara pemasarannya. Bagaimana cara mencakup tempat untuk memamerkan usaha ekraf,” paparnya.
Oleh karena itu, Dispar Kaltim harus bisa melakukan ataupun menganalisa sejauh mana ekraf ini mendapatkan konsumsi karya dari konsumen.
“Yang terakhir ialah konservasi, ini di tahap memastikan bagaimana atau sudah sejauh apa langkah ekosistem yang dijalankan pelaku usaha ekraf dalam memasarkan karyanya,” pungkasnya. (mal)