Samarinda – Seorang balita berusia 5 bulan di Samarinda menderita Meningokel sejak dilahirkan. Balita bernama Sultan Putra Yudistira itu mengalami benjolan yang terus membesar berupa cairan pada bagian belakang kepala.
Dilansir dari laman Alodokter, Meningokel merupakan bagian dari penyakit akibat gangguan pembentukan tabung saraf pada janin atau spina bifida. Kantung atau kista meningokel muncul melalui celah di tulang belakang. Tonjolan ini dipenuhi oleh sebagian selaput tulang belakang dan cairan tulang belakang.
Anak dari pasangan Wahyudi dan Emilia itu hanya bisa terbaring lemah di kasur kecil yang menjadi tempat tidurnya, di Jalan Proklamasi VI, RT 53, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kecamatan Sungai Pinang Samarinda.
Emilia sang ibu menuturkan, Sultan merupakan anak ketiga dari tiga saudara. Dari diagnosa dokter, Sultan mengidap penyakit yang bernama Meningokel, yakni cairan yang tumbuh di luar kepala.
Selama masa kehamilan hingga mendekati hari kelahiran, Emilia mengaku tidak mendapati hal aneh. Terlebih dirinya selalu rutin hal memeriksakan kandunganya.
“Selama hamil saya rutin periksa hingga USG. Sampai Sultan lahir tidak ada yang aneh. Tapi memang ada sedikit benjolan di belakang kepalanya saat itu,” katanya.
Upaya untuk mengobati putra kesayangannya itu pun sudah dilakukan. Namun karena keterbatasan ekonomi Emilia dan Wahyudi tak dapat berbuat banyak. Keduanya hanya bisa membawa memeriksa dan mengobati Sultan ke dokter umum biasa.
Meski sudah dilakukan operasi tahap pertama, namun benjolan kepala Sultan hilang begitu saja. Tim dokter yang mengangani tidak berani mengambil resiko untuk mengangkat seluruhnya benjolan tersebut lantaran Sultan masih terlalu kecil. Hal ini berisiko pada diri Sultan sendiri.
“Kata dokter tidak bisa mengangkat operasi langsung, karna ada sebagian otak aktif yang keluar, sebagian juga saraf dan resiko juga buat bayi yang masih berusia sangat muda” Jelas Emilia.
Meski telah mendapat bantuan dari berbagai relawan serta komunitas dan intansi terkait, namun pihak keluarga masih berharap agar Pemerintah Kota Samarinda dapat turun tangan membantu untuk proses pengobatan, lantaran dalam pengangkatan cairan di perlukan proses operasi secara bertahap. (tor)