Kutai Kartanegara – Adi Sucipto (45) warga Dusun Jatah, di Desa Purwajaya, Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara memanfaatkan pekarangan di belakang rumahnya untuk mengembangkan pembibitan tanaman kayu putih. Setidaknya ada lebih dari 1.000 bibit yang di datangkan dari Jawa Tengah telah di dikembangkannya.
Adi yang juga sebagai Ketua Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura KTNA Kutai Kartanegara mengatakan, sudah sejak lama diabmembeli benih kayu putih tersebut dengan kisar harga jutaan rupiah.
“Kemarin saya beli benih tanaman kayu putih ini sudah lama banget, terus harganya itu cukup mahal. Satu kilo saja itu sampai empat juta rupiah,” katanya, Kamis (10/12/2020) siang.
Meski dengan modal yang tak sedikit itu, bibit kayu putih yang di tanam di Kalimantan telah diakui lebih baik dari tempat asalnya.
“Bibit kayu putih yang saya datangkan dari Jawa Tengah ini sangat tumbuh baik di Kalimantan, justru sekarang dari Jawa Tengah yang beli benih ke sini, karena menurut mereka, di sini kualitasnya lebih baik,” pungkasnya.
Adi menjelaskan, walaupun bibitnya tumbuh dengan baik, namun harus tetap di rawat dengan hati-hati.
“Memang sih tumbuh cepat dan kualitasnya baik, tetapi tergantung yang ngerawat lagi, kalau gak hati-hati merawatnya, nanti bisa cepat mati,” jelasnya.
Tidak hanya kualitasnya yang baik, tetapi kayu putih juga bisa menjadi prospek yang menjajikan untuk di Kukar sendiri.
“Tanaman kayu putih ini punya prospek cerah di Kutai Kartanegara, Baik dari nilai ekonomis, maupun serapan tenaga kerja. Apabila di dukung dengan ketersediaan pabrik penyulingan minyak kayu putih,” ucapnya.
Kemudian apabila progres ini berhasil direncanakan bersama, pemerintah setidaknya bisa meumbuhkan ekonomi baru di Kutai Kartanegara.
“Kalau di hitung-hitung ya. Luasan 1 hektare lahan bisa untuk 2.500 bibit tanaman kayu putih, dan 1 ton daun minyak kayu putih hasil penyulingan, bisa menghasilkan 4-6 liter minyak kayu putih. Satu liter minyak kayu putih, Rp600 ribu. Nah ini saja kita sudah bisa dapat lumayan,” pungkasnya
Ia berharap kepada pemerintah agar dapat bekerja sama dengan kelompok tani untuk mengolah lahan bekas tambang menjadi lahan kayu putih.
“Setidaknya, pihak pemerintah mau mengizinkan 60 -70 persen areal eks tambang untuk di jadikan lahan kayu putih. Sekitar 10 hektare itu sudah dapat di kelola 5 orang dari kelompok tani, serta kalau bisa fasilitas mesin penyuling minyak serta pabriknya bisa di kembangkan juga. Mudah-mudahan usulan kami bisa terealisasikan oleh pemerintah,” harapnya. (yue)