Samarinda, Kaltimnow.id – Kementerian Komunikasi dan Informastika RI mengumumkan kabar gembira di akhir Januari tahun 2022. Indeks Literasi Digital (ILD) tahun 2021 Benua Etam berhasil memperoleh skor 3,62 melampaui ILD rata-rata nasional 3,46 sehingga menempatkan Kaltim pada peringkat ketiga.
Menanggapi pencapaian tersebut, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur, Muhammad Faisal menyampaikan agar seluruhnya terus berupaya dalam meningkatkan literasi digital.
“Kalau dibandingkan dengan negara-negara lain secara literasi digital itu masih jauh. Jadi kita memang harus terus meningkatkan literasi digital kita,” ucap Faisal dalam program siar Dialog Publika TVRI Kaltim dengan tema “Apa Kabar Literasi Digital Kaltim?”, pada Kamis (03/03/2022).
Lebih jauh, Ia menyoroti bagaimana pemanfaatan TIK pada masyarakat kedepannya itu bisa lebih bijak. Bijak yang dimaksud mencakup peningkatan skill, etika, budaya dan keamanan.
“Jadi empat pilar itu yang terus kita tingkatkan baik di pusat maupun di daerah. Paling penting lagi adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan literasi digital untuk peningkatan kompetensi dan kesejahteraan. Itu yang sedang diarahkan, jangan sampai literasi digitalnya sudah kena. Tapi pemanfaatannya hanya untuk sebarkan hoaks dan main game,” tagas Faisal.
Bersama narasumber lainnya, Taufik selaku Plt Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kaltim menekankan syarat utama menuju masyarakat literasi ialah dengan membaca. Budaya membaca inilah yang nantinya merangsang peningkatan literasi digital yang diharapkan kedepannya juga mampu mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Kita lihat sekarang banyak anak-anak muda yang terlibat di industri Star Up. Banyak Youtuber dan TikTokers dari segi ekonomi menghasilkan pendapatan yang luar biasa karena literasi digital mereka sudah sangat baik. Jadi kesimpulannya, untuk menuju peningkatan masyarakat literasi digital pintu gerbangnya adalah melalui proses membaca. Baik konvensional tercetak maupun digital, pilihannya ada pada masyarakat,” ujar Taufik.
Sementara, dilihat dari kacamata sosok Syafruddin Pernyata sebagai Penggiat Literasi Kaltim, baginya literasi digital ialah persoalan baru.
“Jadi digital itu menurut saya hanya instrumen, yang penting itu sebenarnya literasinya. Saya lebih suka menyebutnya masyarakat yang cerdas. Selanjutnya, itu kan bagaimana dengan digitalisasi yang hampir di semua lini kehidupan kita itu, kita bisa ngeh. Ini tantangan yang terberat,” sebut pria yang akrab disapa Pak Es ini.
Kendati demikian, Ia bersyukur sebagian besar masyarakat Kaltim dapat mengikuti kemajuan zaman. Digitalisasi merupakan keniscayaan yang tak bisa dihindari lagi.
“Jika membaca jadi juru kunci masyarakat berliterasi tinggi. Maka paham dan peka terhadap penggunaan digitalisasi yang baik dan bijak, disepakati ketiganya menjadi fokus yang diharapkan kedepannya dapat mendorong peningkatan kesejahteraan serta kemajuan bangsa dan negara,” paparnya. (adv/kmf/cintia)