Kutai Kartanegara – Di samping sebagai Pegawai Negeri, Imam Pranawa Utama (56) warga Jalan Loa Ipuh, Tenggarong, Kutai Kartanegara juga merupakan penggiat seni.
Sejak kecil, ia mengaku hobi mengambar dan ingin sekali bersekolah di Desain Interior. Namun pada saat itu, sekolah desain kurang banyak peminat dan masih belum sebagus saat ini.
“Menggambar itu hobi saya sejak kecil eh mas, saya juga sempat ingin sekolah desain gitu, tapi kan jaman saya dulu desain gak banyak, dan gak bagus seperti sekarang, sama orang tua juga dulu gak setuju, makanya saya ambil sekolah kesehatan aja,” kata Imam Purnawa Utama, Minggu (15/11/2020) sore.
Karena kecintaan dengan seni menggambar, ia yang telah menjadi pegawai negeri pun tetap melanjutkan hobinya itu dengan mengadakan berbagai peragaan busana dengan menciptakan motif sendiri yang ada di Kutai Kartanegaran.
“Karena saya hobi menggambar ya, intinya pertama kali dulu itu saya di Kukar beberapa kali mengadakan peragaan busana, tetapi pada saat itu saya masih menggunakan motif kain biasa, kain yang berasal dari sini yang bentuknya motifnya sulur itu. Sampai kesini sini saya mulai berfikir kenapa tidak menciptakan motif sendiri,” terangnya.
Pada tahun 2010, Imam pun mulai membuat batiknya sendiri dengan menekankan kearifan lokal. Batik yang dibuat pun sangat berbeda dengan batik yang ada.
“Akhirnya di tahun 2010 saya mencoba membuat motif dengan kearifan lokal, nah ciri khas motif saya itu tidak memasukan motif sulur dayak pada batik saya,” katanya.
Dengan mengangkat ciri khas kebudayaan Kutai Kartanegara, ia menciptakan berbagai jenis motif batik. Dari ke semua motif batik yang dibuatnya, enam diantaranya sudah memiliki sertifikat hak cipta.
“Motifnya banyak sih mas mulai dari Motif pakis, Sirih Raja, Buah Lay, Jajak Cincin, Keminting, Buah Jelayan, Pucuk Tigaron, dan lain-lain. Ada enam diantaranya, saya sudah punya sertifikat hak ciptanya. Dan yang lain lagi di proses,” jelasnya.
Pada awalnya, batik yang dibuatnya hanya diperkenalkan di sekitaran kabupaten Kutai Kartanegara saja, tetapi saat ini sudah dapat memperkenalkan motif tersebut hingga jogja dan solo.
“Kemarin ya masih disini sini aja kalau memperkenalkanya, tetapi sekarang kemarin tuh sempat ikut acara peragaan busana di Jogja dan Solo, itu saya juga sekalian memperkenalkan motif khas Kaltim mas,” pungkasnya.
Imam juga berkeinginan setiap tahunnya mengeluarkan motif baru, dan menciptakan motif di setiap kecamatan dengan ciri khasnya masing-masing. Ia pun menargetkan membuat 18 motif untuk tahun depan.
“Saya berkeinginan untuk menciptakan motif-motif baru tiap tahunya mas, sama kalau bisa di setiap daerah saya buatkan setiap motif yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Saya juga mempunyai target tahun depan dapat menyelesaikan 18 motif untuk 18 kecamatan yang ada di Kutai Kartanegara. Tetapi ini baru 6 motif, dan mudah-mudahan tahun depan bisa launcingnya,” ujarnya.
Imam mengatakan, sempat tidak ingin menjual karyanya dan hanya ingin menyumbangkannya. Namun ketika hal itu berlalu terus menerus maka itu akan berdampak pada kekurangan kebutuhannya sendiri, lalu seorang kawannya menawarkan padanya untuk menjual Batik Buatanya itu.
“Untuk pertama-pertama ini saya tidak menjualnya produk saya mas. Cuma pada saat itu saya ada program peragaan busana terus kadang-kadang saya sumbangkan, satu sisi kalau itu terus-terusan kan juga akan mengganggu uang makan saya ya. Akhirnya pada tahun 2017 saat berbincang sama teman, terus teman menyarankan untuk di jual saja,” jelasnya
Pada awalnya proses penjualan Batiknya itu hanya dari mulut ke mulut, serta memposting di akun sosmed pribadinya yang hingga kini telah berganti nama dengan Batik Melayu Kutai.
Dalam usahanya ini, kata Imam masih berkonsentrasi untuk menjual kain batik saja dan sudah memilki rencana dalam waktu dekat ini untuk menjual baju muslim Laki-laki. Untuk kain batiknya sendiri dijual bervariasi.
“Untuk saat ini saya hanya fokus menjual kain mas, tapi nanti untuk kedepanya saya sudah punya rencana untuk membuat baju muslim laki-laki. Kalau kain batik per potong itu biasa saya jual Rp250 ribu, tapi kalau ada yang beli 10 saya kasih diskon jadi Rp225 ribu per potongnya,” pungkasnya. (yue)