Jadi Bisnis Sampingan, Ibu Ini Buat Kerajinan Tas Tali Kur

Kutai Kartanegara – Tas tali kur merupakan produk kerajinan tangan yang banyak diminati. Tas ini hadir dalam berbagai warna dan model.

Seorang ibu rumah tangga Hasdawati, yang tinggal di Sei Mariam, kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara sudah membuat kerajinan tangan ini sejak tahun 2015 lalu.

Dengan mengunakan bahan benang kur, Hasdawati membuat kerajinan berupa tas rajut. Awalanya dia mengaku belajar membuat kerajinan ini dari salah seorang rekannya.

“Saya sudah dari 2015 membuat kerajinan ini, awalnya sih belajar-belajar dari temen cara ngerajut,” ucap Hasdawati, Rabu (25/11/2020) .

Lanjutnya, setelah mengetahui cara dan teknik dalam ngerajut, Hasdawati mulai mempraktekkanya sendiri dirumah. Namun kerajinan ini merupakan bisnis sampingannya.

“Untuk membuat kerajinan ini, saya buat untuk selingang saja,” katanya.

Walaupun menjadi sebagai pekerjaan sampingan, kerajinan yang telah ia jalani ini mendapat banyak respon yang baik dari masyarakat. Ia juga sempat kembanjiran pesanan untuk dibuatkan tas rajut tali kur ini. Namum selama pandemi COVID-19 melanda, pemesanan tas mulai berkurang.

“Kemarin cukup banyak peminatnya, sekarang karena corona ini kurang sudah yang pesan,” jelasnya.

Proses pembuatan tas rajut tali kur ini sendiri memakan waktu sekitar dua hari, tergantung motif dan tingkat kerumitan.

Dalam sebulan Hasdawati hanya bisa memproduksi 15-20 tas sesuai permintaan. Namun jika pemesan banyak, ia pun terpaksa meminta bantuan kepada teman-temanya.

Untuk harga dibandrol mulai dari Rp100 ribu hingga Rp300 ribu, sesuai dengan ukuran dan tingkat kerumitan pembuatannya.

“Proses pembuatanya cukup lama ya mas karena ini kan dirajut tuh, kira – kira bisa sampai 2 hari itu pun kalau motifnya rumit bisa lebih, kalau banyak pesanan juga saya minta bantuan sama temen-temen. Harga jualnya juga saya sesuaikan tergantung ukuran dan kerumitannya,” jelasnya.

Hasil kerajinan Hasdawati hanya dijual di sekitaran Anggana dan Samarinda, dengan mengandalkan promosi dari mulut ke mulut.

“Kalau penjualan masih sekitar sini aja sih, sama di Samarinda, syukur-syukur masih ada teman yang mau memposting kerajinan saya ini di sosmed mereka mas,” katanya.

Hasdawati berharap dengan bantuan pemerintah setempat, UMKM seperti ini bisa mendapatkan suport berupa bantuan promosi agar setiap kegiatan UMKM di daerah dapat dipasarkan ke berbagai daerah di luar Kutai Kartanegara. (yue)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *