Samarinda, Kaltimnow.id – Kaltim Menyeduh Kopi 2021 telah berakhir pada 31 Oktober 2021 kemarin malam. Banyak para peserta mendapatkan pengalaman sekaligus mengasah kemampuan dalam tingkat menyeduh kopi.
Ada tiga jenis kategori yang diperlombakan, yakni Manual Brew, Latter Art, dan Luwak Battle. Dimana penyelenggaraan tersebut, memperingati hari kopi internasional yang jatuh pada 1 Oktober.
Ditemui secara langsung, Muhammad Fakhri selaku juri Kaltim Menyeduh Kopi 2021 mengatakan kepada Kaltimnow.id, para peserta yang ikut dari berbagai daerah seperti Tenggarong, Bontang, dan lainnya.
Dalam penilaiannya, pria yang telah mengikuti kompetisi di tingkat nasional maupun internasional ini mengatakan para peserta yang ikut harus mengasah kembali dalam penyajiannya kepada customer.
“Pelanggan mana yang akan mau stay atau regular ketika baristanya tidak higenis, misalnya memegang rambut, elapnya sembarangan, airnya kemana-mana. Ini niat ngga seh baristanya, bersih engga seh. Kita sebagai juri, itu custumer, merasa puas apa yang mereka sajikan. Entah presentasinya, kopinya, penyajiannya dan itu salah satu penilaian yang penting,” katanya, Senin (01/11/2021) pagi.
Untuk itu, Fakhri selalu menekankan kepada para barista mengutamakan kepuasan para pelanggan, dimana jika tidak dimulai maka akan menjadi kebiasaan di tempat mereka bekerja.
“Biasanya nilai yang paling anjlok atau bahaya itu, ketika dari sisi higenis atau kebersihannya. Apa yang dilakukan para peserta di atas panggung itu cerminan dia di tempat cofeeshop mereka,” lugasnya.
Di tempat yang sama, Rahmad selaku juri juga mengungkapkan, banyak nilai para peserta yang anjlok pada saat menciptakan rasa kopi.
“Nilai yang sering anjlok, dibagian menciptakan rasa kopi yang seimbang, dan rata-rata ada yang dominan dari rasa pahit, karakter kopi banyak yang kurang,” jelasnya.
Lebih lanjut, banyak para pemain lama yang gugur di babak penyisihan. Dan yang lolos merupakan pemain baru.
“Jadi menurut kami sebagai awal dikompetisi ini cukup bagus, dalam logika seduh. Teknik penyeduhannya sudah lumanyan dan sudah cukup. Bahkan yang pemain lama banyak yang tumbang di babak penyisihan. Pertama kopinya susah diseduh, kedua semua aspek variable juga dinilai,” ujarnya.
Dengan kualitas skill yang sudah dimiliki oleh para peserta, Fakhri mengingatkan untuk jangan berpuas hati. Dimana mereka harus lebih giat lagi dalam mengasah menyeduh kopi, seperti mengikuti kompetisi tingkat nasional maupun internasional.
“Harapannya, lomba seperti tingkat nasional menjadi pemicu bagi para penyeduh. Apalagi diusia muda berani bersaing ditingkat nasional maupun internasional,” pungkasnya. (ant)