Lingkungan Tercemar, Pemerintah Pacitan Stop Operasi Tambang Tembaga

Pacitan, Kaltimnow.id – Usai mendapatkan keluhan dari masyarakat akan imbas dari pencemaran kegiatan tambang tembaga oleh PT Gemilang Limpah Internusa (GLI) di Pacitan, Jawa Timur. Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum (Gakkum) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) langsung mengehentikan operasi perusahaan asal Tiongkok itu.

Dilansir dari Mongabay.co.id, GLI diduga melakukan pencemaraan lingkungan dari perairan sampai ke lahan pertanian masyarakat. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pacitan, Ciri Roudlotul Jannah membenarkan penghentian operasi GLI. Hal itu berdasarkan, tindak lanjut atas hasil pemeriksaan tim terpadu mengenai dugaan pencemaran perusahaan terhadap lingkungan sekitar.

“Kami tidak mendapat tembusan (surat). Tapi, kami mendapat informasi dari Gakkum jika GLI dihentikan untuk sementara waktu oleh Kementerian ESDM berdasarkan rekomendasi dari Gakkum atas hasil pemeriksaan tim terpadu,” katanya melalui aplikasi percakapan kepada Mongabay, Sabtu (3/8/24) lalu.

Dalam tulisan-tulisan Mongabay, sebelumnya memperlihatkan aktivitas GLI yang menjadi sorotan karena dinilai sebagai sumber pencemaran, mengakibatkan lingkungan sekitar rusak. Kemudian, jarak Lokasi pertambangan berada di dataran tinggi, lebih tepatnya di Desa Kluwih, Kecamatan Tulakan, yang berdampak para wilayah di bawahnya. Masyarakat sudah lama mengeluh dan mendesak untuk menghentikan operasi tambang itu.

Adapun wilayah yang terdampak adalah Dusun Kwangen, Desa Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo. Lokasi itu tepat di bawha Desa Kluwih, sehingga ratusan petani dari des aini mengalami gagal panen dan tidak bisa menggunakan lahan mereka. Sungai yang menjadi sumber irigasi tercemar, ikan-ikan yang semestinya ada, kini tak lagi ditemui.

Mendengar bahwa kegiatan GLI distop, warga sekitar pun senang, salah satunya Kepala Desa Cokrokembang, Gunadi mengungkapkan, selama ada operasi tambang berlangsung, tidak memberikan dampak positif kepada warga. Banyak para petani yang mengalami kerugian, pasalnya lahan pertanian tidak bisa lagi ditanami.

“Maka begitu tahu sekarang ditutup, kami senang, karena itu yang ditunggu-tunggu warga selama ini toh. Kalau bisa ya tutup permanen, tidak hanya dihentikan sementara seperti sekarang,” ungkapnya.

Gunadi pun berharap, pemerintah dapat segera menuntaskan permasalahan ini dan mengganti rugi kepada para petani yang terdampak. Dimana, mereka sudah terlalu lama bersabar menahan bebas atas dampak dari perusahaan itu.

“Kapan hari itu surat dari kelompok tani sudah kami kirimkan. Tapi belum tahu kabarnya sampai sekarang belum ada perkembangan.“

Dirinya berharap, kompensasi secepat mungkin dilaksanakan karena berkaitan dengan hajat para petani. Sebanyak 200 lebih petani yang terdampak akan limbah GLI. Mereka sudah keluar modal untuk bertanam, tetapi gagal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *