Samarinda, Kaltimnow.id – Tato atau rajah, memasukan pigmen warna kedalam tubuh dengan bantuan benda tajam. Salah satu fashion tertua dalam sejarah umat manusia, yang diperkirakan kurang lebih sudah ada sejak 3000 Sebelum Masehi (SM).
Hal ini dibuktikan dari hasil penemuan kebudayaan suku-suku yang ada diberbagai negara. Termasuk di Indonesia, yang dimana tato diperkenalkan oleh suku Mentawai Sumatera dan Dayak Kalimantan.
Pada awalnya tato digunakan sebagai simbol yang memiliki makna tertentu dan juga penanda yang membedakan suatu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Dengan seiring perkembangan zaman, tato telah menjadi simbol kebebasan dalam berekspresi. Siapapun boleh mengunakan tato dengan berbagai macam bentuk, warna, maupun artinya sendiri.
Jenis tato juga bermacam-macam, ada yang permanen dan ada pula yang sifatnya sementara atau semi permanen. Tergantung teknik dan pigmen yang dipakai.
Reporter Kaltimnow.id pun mendatangi salah satu pengrajin tato di Samarinda. Rata Resfika (26) ini memulai karirnya sejak bulan Oktober 2019 lalu.
“Sebelumnya sempat kursus di Jakarta, sekalian kerja juga. Balik ke Samarinda di tahun yang sama, dan mulai coba-coba memperaktekanya. Dari mulai endorse-endorse,” kata Rara, Kamis (7/1/2021).
Walau pun dapat dikatakan hampir sama dengan studio tato lainnya, namun ditempatnya yang beralamat di Jalan Abdoel Wahab Syahranie, Rara justru memperkenalkan salah satu teknik yang terbilang unik. Mengadopsi teknik sulam alis dalam membuat tato, memungkinkan tato yang dihasilkan akan bersifat semi permanen dan dapat bertahan beberapa tahun, tergantung posisi, kulit, dan perawatan tato.
“Teknik yang digunakan kaya studio tato lainnya, tapi ada juga saya gunakan teknik tato semi permanen yang itu caranya hampir mirip seperti sulam alis. Tapi beda di mesin, jarum, dan tinta,” jelasnya.
Selama praktek pembuatan tato, ia sama sekali tidak menemukan kendala ataupun keluhan yang berarti dari para konsumen. Rara berpesan agar setiap customer harus lebih protektif karena ini menyangkut masalah umur dari tato tersebut.
“Kalau kendala belum ada yang tidak bisa diatasi, tapi kalau konsumen yang rewel ada. Namanya juga menato di kulit orang, yang sifatnya bertahan lama banget, menurut aku harus cerewet,” ujarnya.
Untuk kisaran harga yang ditawarkan dalam pembuatan tato semi permanen, Rara mematok harga mulai dari harga Rp 200 ribu sampai jutaan rupiah, tergantung ukuran yang diinginkan.
Ia pun mengaku jika selama pandemi Virus Corona, sempat mengalami penurunan pendapatan. Karena kurangnya pelanggan yang datang ke studionya. Namun seiiring berjalannya waktu, Rara pun mulai menyesuaikan keadaan new normal.
“Kalau penurunan sempat , apalagi ketika kemarin tahun lalu itu lockdown, customer engga ada yang datang. Kadang seminggu cuman satu orang. Tapi sekarang udah mulai banyak,” ungkapnya.
Rara juga menyarankan, bagi yang bertato setidaknya harus paham dan riset terlebih dahulu. Cari tempat tato yang memang sesuai dan juga harus memiliki tekad yang bulat untuk bertato, untuk meminimalisir kekecewaan.
“Kalau mau bertato itu tergantung customer lagi, inikan kayak kita ke toko milih baju. Jadi bener-bener riset ingin tato dimana dan apakah punya arti atau makna,” pungkasnya. (yue/ant)