Museum Mulawarman Kenalkan Peradaban Islam Kukar Melalui Pameran di Mal Lembuswana

Samarinda, Kaltimnow.id – Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada awal tahun 2020 lalu, Pemerintah setempat langsung melakukan upaya dan mengambil kebijakan untuk mengurangi kerumunan hingga menutup sementara tempat pariwisata serta pusat perbelanjaan.

Imbas dari pandemi tersebut, Museum Mulawarman juga harus ditutup sementara. Setelah memasuki tahun kedua, dan berbagai macam kebijakan serta penerapan new normal hingga program vaksinisasi. Pihak museum berkolabrasi dengan pihak mal di Samarinda untuk mengadakan pameran.

Pameran yang diadakan selama 4 hari di mal Lembuswana Samarinda ini menarik sejumlah para pengunjung. Dimana mereka bisa meliat secara langsung dan mempelajari sejarah dari koleksi yang dipamerkan, dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

“Sangat senang bisa melihat langsung. Khususnya kita bisa menambah wawasan sejarah, apalagi saya bukan orang asli disini. Dan disini merupakan kerajaan tertua di Indonesia,” kata Haris (45), pada Selasa (31/08/2021) siang.

Menurut pantauan dari wartawan Kaltimnow.id, pameran tersebut bertemakan “Peradaban Islam di Kutai Kartanegara” Sehingga koleksi-koleksi yang dipamerkan pun seputar peninggalan dan penyebaran agama Islam.

Seperti, keramik, golok, koin, kitab suci alquran, silsilah raja Kutai, alat musik tradisional hingga kursi tanduk yang digunakan untuk mengaji. Dimana semua koleksi tersebut, memiliki tulisan dan ukiran berbahasa arab melayu.

Mulyono (55), mengungkapkan tertarik dengan kitab suci alquran dan silsilah Kesultanan Raja-raja Kutai. Dimana semua tulisan menggunakan bahasa arab.

“Saya baca silsilah raja, karena disini ada bahasa arab dan melayu. Sayang jika tidak ada yang bisa membaca atau tahu dari isi buku ini,” ungkapnya.

Ia juga berharap, dengan adanya pameran tersebut masyarakat dapat mempelajari sejarah yang ada di Kalimantan Timur atau khususnya Kerajaan Kutai secara langsung dan melihat koleksi-koleksi yang ada di museum.

“Jangan sampai peninggalan seperti ini hilang, dan masih banyak lagi koleksi-koleksi di Museum Mulawarman yang belum bisa ditampilkan. Karena kita tidak harus mendengar dari orang lain atau google. Bisa tahu langsung,” pungkasnya. (ant/adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *