Kutai Kartanegara – Akibat banyaknya limbah batok kelapa di daerahnya, membuat Suwarno (49) warga Jalan Masjid, Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara memutuskan untuk mengolahnya menjadi kerajinan yang unik, mulai dari peralatan dapur hingga berbagai jenis hiasan.
“Saya menggeluti kerajinan batok kelapa ini karena saya melihat banyaknya bahan yang melimpah dan mudah didapat, kemudian saya berinisiatif mulai berfikir bagaimana cara mengolah bahan-bahan ini menjadi barang yang berguna dan bernilai,” ujar Suwarno (21/11/2020) siang.
Dia mulai mengeluti kerajinan ini sejak tahun 2009, mulai dari menjajakan dipingir jalan hingga mempostingnya ke sosial media.
“2009 tuh saya sudah buat tapi buat sambilan aja dirumah ngisi waktu, saya juga perkenalkan ke teman-teman, saya bawa ke pinggir jalan biar semua liat. Nah pada 2014 disitu mulai banyak yang kenal karena saya sudah mulai posting sosial media, nah sampai sekarang ini saya sudah bisa dirumah aja tunggu pesanan,” jelasnya.
Dengan modal alat seadanya dan bahan baku yang melimpah didaerahnya, Suwarno mampu meraup keuntungan hinga jutaan rupiah dalam sekali penjualan kerajinannya.
“Kalau modal awal sendiri tidak begitu banyak ya mas, alat sih alakadarnya aja, kalau bahan baku kan saya pakai limbah jadi saya sering minta kadang beli tapi gak sampai banyak keluar uang gitu. Kalau ditanya pendapatan perbulan itu tidak menentu mas kadang ya 3 minggu gak ada yang beli, tapi kadang-kadang kalau terjual itu stok yang saya punya bisa langsung habis gak sampai seminggu, jadi gak bisa di tentukan juga perbulanya berapa mas, walau kadang ya kalau di hitung bisa sejuta lebih,” terang Suwarno.
Kerajinan batok kelapa di jual dengan harga yang bervariasi, mulai dari harga kisaran mulai dari ribuan sampai jutaan rupiah.
“Kalau untuk harga itu tergantung seberapa rumit saya mengerjakan, kalau nominal sendiri yang paling murah itu ada Rp3 ribu dan bisa sampai Rp700 ribu. Kemudian yang paling mahal itu kemarin sampai Rp1.5 juta, dan semua itu sih tetgantung kerumitanya juga,” katanya.
Pada masa sebelum dan sesudah pandemi COVID-19, Suwarno mengaku sempat naik turun dalam penjualanya namun itu bukan masalah yang berarti baginya.
“Nah, waktu sebelum pandemi dulu saya justru banyak keuntungan bahkan kewalah, dan bahkan pekerjaan itu saya bawa ke tempat kerjaan, nah setelah pandemi awal-awal sih kurang, tapi ada untungnya juga mas, begitu saya share ke sosial media saya lebih banyak yang minat mas, kadang hari ini saya share besok sudah di tawar, trus saya tinggal minta ongkir, tapi kalau sekarang saya yang ngantar,” paparnya.
Kerajinan Suwarno kini mampu memasarkan dan menjual hingga keluar daerah.
“Kalau penjualan saya sendiri sampai sekarang ini sudah sampai Berau sudah, Kaltara itu Tarakan, Penajam Paser itu udah juga, Balikpapan sudah, kalau yang dekat sini ada yang dari Samarinda dan Tenggarong,” lengkapnya.
Suwarno pun berharap lebih dari pemerintah daerah agar memberikan bantuan lebih kepada UMKM yang ada di Kutai Kartanegara ini.
“Kalau bantuan saya berharap sekali dari pemerintah terutama untuk semuanya sih dan kalau dari pemerintah sendiri bantuan berupa barang gitu atau alat, atau dana itu belum ada tapi untuk sekarang pemerintah memberikan bantuan berupa suport dukungan, dan pelatihan sesekali dua kali” harapnya. (yue)