Kutai Kartanegara – Pemerintah Kutai Kartanegara berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan gizi dengan program Keluarga Idaman Ragapantas (Gerakan Keluarga Peduli Pencegahan & Atasi Stunting) yang akan menjadi senjata untuk Kukar bebas dari stunting.
Berdasarkan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) dan cakupan pelayanan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lintas sector, bahwa telah ditetapkan sebanyak 18 desa, tiga kelurahan dari 193 desa dan 44 kelurahan di Kukar ditetapkan sebagai lokasi khusus.
Dalam kesempatanya Nurul Ftriningsih, Kepala Seksi (Kasi) Peningkatan Gizi Keluarga dan Masyarakat (PGKM) mengatakan, Indonesia dalam beberapa tahun yang akan datang akan mengalami bonus demografi.
“Saya perkirakan 20 atau 30 tahun lagi, Indonesia akan mengalami bonus demografi, bonus demografi ini memungkinkan penduduk Indonesia akan memiliki banyak usia produktif dan usia pencari kerja. Kalau masalah Stunting ini tidak dapat diselesaikan secepatnya, ya bonus itu bukan lagi menjadi bonus,” katanya, Senin (30/11/2020) siang.
Ia pun menjelaskaan apabila masalah Stunting ini tidak di selesaikan dengan cepat, maka akan dikawatirkan terjadi gagal tumbuh, gagal perkembangan dan gangguan metabolik.
“Saya kuwatir kalau ini tidak di selesaikan dengan cepat maka bonusnya akan menjadi penghambat untuk kita atau generasi berikutnya. Mereka akan mengalami 3G, ya itu Gagal tumbuh, Gagal perkembangan otak, dan Ganguan metabolik, nah kalau sampai mereka sakit-sakitan ini juga akan menjadikan beban biaya dari keluarganya,” jelasnya.
Dengan ke 15 OPD (Organisasi Perangkat Daerah) di Kukar, yang diketuai langsung oleh Seketaris Daerah (Sekda), program Raga Pantas ini diharapkan mampu terselesaikan dengan cepat.
Untuk mencegah dan menekan angka stunting itu sendiri, kata Nurul pihak pemerintah akan menyasar keluarga yang belum Stunting, 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Kami untuk pelayanannya sendiri akan lebih berfokus kepada tingkat yang lebih kecil dulu, yakni keluarga. Sasaran kami adalah keluarga yang belum terjadi Stunting, 1.000 HPK, dari masa ibu hamil sampai anak itu lahir hingga berusia kurang lebih dua tahun,” paparnya.
Ia juga menekankan bahwa program ini harus diselesaikan sebeluma anak berusia 2 tahun atau 1.000 HPK, agar persentase keberhasilanya lebih besar.
“Program ini harus diselesaikan dari 1.000 HPK itu sendiri, karena stunting dapat diprediksi sebelum anak berusia dua tahun, dan kalau diselesaikan sebelum dua tahun itu keberhasilanya bisa mencapai lebih dari 50 persen loh, tapi kalau sudah lebih lima tahun ke atas itu keberhasilanya kecil, cuma 15 persen,” pungkasnya. (yue)