Kutai Kartanegara, Kaltimnow.id – Wakil Bupati (Wabup) Kutai Kartanegara (Kukar) H Rendi Solihin mengikuti Pembekalan Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Negeri Tahun 2021 Tahap II, Gelombang III Non Petahana dan gelombang IV Petahana, Sesi I, terkait Kewaspadaan Nasional, di Ruang Vidcon Rumah Jabatan Wakil Bupati, Tenggarong, Selasa (26/10/2021) kemarin.
Pembekalan tersebut dibuka oleh Kepala BKSDM Kemendagri RI, Teguh Setyabudi. Dalam sambutannya, ia berharap pembekalan kepemimpinan tahap II berjalan baik untuk semua. Sehingga apa yang didapat dari pemateri dapat diaplikasikan pada masing-masing wilayah kerja.
“Saya mengapresiasi atas rencana aksi yang sudah disusun. Ini luar biasa bagi kepemimpinan Bupati/Walikota di Indonesia. Tentu saja, apa yang sudah disusun dapat diterapkan secara maksimal, sehingga pemerintahan daerah berjalan baik. Sehat terus, berkarya dan mengabdi untuk bangsa,” kata, Teguh Setyabudi.
Lebih lanjut, dalam Pembekalan Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Negeri Tahun 2021 Tahap II itu, pematerinya diisi oleh Kementerian Pertahanan RI, Direktur Jendral Strategi Pertahanan Kemhan Mayjen TNI Dr. rer. pol. Rodon Pedrason, MA.
“Sebagai penerus perjuangan, diharapkan Bupati/Walikota sebagai pemimpin di daerahnya masing-masing mampu memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan bangsa, khususnya dalam mempertahankan kemananan nasional,” ucap Mayjen TNI Dr. rer. pol. Rodon Pedrason, MA.
Selain itu, secara regional juga menyangkut instabilitas kawasan, dan nasional meliputi kawasan asia, potensi ancaman militer dan non militer dan ancaman dalam negeri.
“Artinya, inilah paradigma perang modern, meliputi perang asimetris dan perang tak terbatas yang mengandalkan kecanggihan teknologi informasi, unsur militer, serta aspek non militer,” ujarnya.
Mayjen Rodon juga menambahkan bahwa ancaman perang modern saat ini lebih pada pola pikir. Contohnya Proxy Warr atau perang konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung, metode Brain Washing (Pencucian Otak) dengan mengubah idiologi, paradigma, perilaku kebiasaan dan budaya melalui infiltrasi, provokasi dan pecah belah.
“Bentuk separatis dan pemberontak, ikuti kehendak dan ujungnya kuasai Indonesia. Inilah yang mesti diwaspadai secara nasional,” pungkasnya. (adv diskominfo/ant)