Kutai Kartanegara – Siapa sangka bisnis rumahan ternak cacing, dapat menghasilkan yang sangat menguntungkan bagi kedua sodara ini. Selain tidak memakan tempat yang luas, ternyata usaha tersebut juga tidak mengeluarkan aroma yang tidak sedap.
Dengan bermodal Rp 160.000, kini mereka sudah memiliki sekitar 15 petak dan menjual 1 kilogram cacing Rp 80.000 hingga Rp 100.000.
“Modal awal sekitar beli bibit 2 kilo harganya 80 ribu, sekarang berkembang dan jadi banyak. Dulu awal hanya 3 petak,“ kata Ponimin, Senin (23/11/2020).
Kemudian, Swandi selaku adik juga mengikuti usaha kakaknya. Dan baru memulai sekitar enam bulan lalu.
“Sangat mudah, bahan-bahannya juga dari daur ulang semua. Dan titak terlalu mahal untuk usahanya,” ujarnya.
Swandi yang merupakan guru SMPN 6 Tenggarong, mengungkapkan menggeluti usaha tersebut, sebagai usaha sampingan. Dimana kegiatan belajar mengajar masih dilakukan melalui via daring.
“Sambil mengisi waktu luang, karena di rumah terus. Alhamdulillah ini banyak yang membeli, tetapi masih baru jadi belum bisa memenuhi pemasaran,” ungkapnya.
Ia juga menerangkan, dalam pemberian media atau tanah serta makanan sangat mudah didapat dan murah.
“Media itu limbah jamur baglog, untuk makannya dikasih ampas tahu, kulit buah,” terangnya.
Selanjutnya, Ponimin sendiri menambahkan, sementara ini ia belum bisa memenuhi permintaan pasar. Pasalnya, masih belum bisa mengatur waktu panen.
“Idealnya enam bulan sudah panen, cuman kita batasi karena masih sedikit dan jarak waktu panennya masih jauh,” tambahnya.
Bagi para pembeli bisa datang langsung ke Jalan Pesut Gang Pamenang, Kelurahan Melayu, serta dapat melihat budidaya cacing dari kakak beradik yakini Ponimin dan Swandi. (ant).