Kutai Kartanegara – Warga desa Muara Enggelam, Kabupaten Kutai Kartanegara, berinisiatif menyiasati potensi alamnya dengan mengembangkan tanam padi di atas permukaan air. Pasalnya hampir seluruh area di desa tersebut dikelilingi air.
Inovasi ini dikembangkan atas inisiatif mandiri Kelompok Informasi Masyarakat KIM Bersinar Desaku Desa Muara Enggelam bekerjasama dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Panji Sejahtera Tenggarong.
“Warga disana telah berinisiatif mengolah dan memanfaatkan potensi alam mereka sehingga mereka tidak hanya bisa menghasilkan ikan namun juga bisa menghasilkan beras,” ujar Kepala Bidang Komunikasi Publik (PKP) Diskominfo Kukar Ahmad Rianto, Rabu (09/12/20202).
Ia pun berpendapat bahwa ini adalah langkah yang baik untuk masyarakat disana dalam memenuhi sumber karbohidrat di desa Muara Enggelam.
“Keberadaan metode padi apung ini merupakan inovasi baru pertama kali di desa Muara Enggelam dan inovasi ini sangat bermanfaat demi meningkatkan ketahanan pangan daerah,” jelasnya.
Menurut Rianto, perbedaan padi apung dengan padi lain hanya terletak pada medianya saja. Dan teknik padi terapung juga sangat menguntungkan karena tidak terpengaruh apabila terjadi banjir.
“Sebenarnya tidak ada bedanya padi apung dan padi tanah, cuma medianya saja yang berbeda. Apabila padi lain ditanam di tanah sawah, maka padi apung ditanam di atas rakit dengan media tanam menggunakan cara tanam sri, tabeta dan tanam pindah. Rakit difungsikan sebagai lahan peletakan media tanam agar menjadi terapung dan tidak terpengaruh oleh ketinggian air saat banjir,” tambahnya.
Dalam pengembanganya, padi apung di muara enggelam telah memanfaatkan bibit padi serai kuning yang merupakan bibit lokal Kukar.
“Nah padi apung disana mengunakan padi serai kuning yang merupakan padi lokal kukar, hasil dari persilangan padi serai dengan propot,” pungkasnya.
Rianto menambahkan, selain menguntungkan dari segi penanamnya, padi apung ini juga terhitung cepat masa panennya. Dan hal ini sangat berguna bagi wilayah kecamatan Kukar yang khususnya berada di wilayah pingiran sungai.
“Kalau padi apung ini di perkirakan dalam jangka waktu 100 hingga 120 hari bisa di panen. Metode ini sangat mungkin dikembangkan di beberapa wilayah Kecamatan Kukar khususnya di wilayah pinggiran sungai,” tuturnya. (yue)