Samarinda, Kaltimnow.id – Komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melakukan peninjauan lapangan ke empat proyek milik pemerintah provinsi (Pemprov), yakni gedung BPKAD provinsi Kaltim, pembangunan gedung rumah sakit (RS) Mata, gedung rumah sakit Korpri dan pembangunan gedung Inspektorat Kaltim, pada Selasa (21/12/2021) kemarin.
Dari kegiatan tersebut, komisi III lebih menyoroti pembangunan rumah sakit Korpri di Jalan Wahid Hasyim I, Kecamatan Samarinda Utara, tepatnya di samping pintu masuk stadion Sempaja.
Ketua komisi III DPRD Kaltim Hasanuddin Mas’ud mengatakan pembangunan rumah sakit tersebut terkesan lambat, bahkan tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan. Lambatnya proyek tersebut, akibat dari tidak adanya koordinasi yang baik antar sesama mitra kerja, terutama di tahap awal perencanaan pembangunan gedung rumah sakit itu.
“Ini yang pertama terjadi di komisi III bahwa ada satu gedung yang dibangun tanpa membicarakan DPRD, seperti rumah sakit Korpri ini,” katanya saat ditemui awak media di lokasi proyek RS tersebut.
Menurutnya, komisi III sebetulnya tidak pernah membahas terkait pembangunan RS tersebut, sehingga salah satu dampak dari keterlambatan pembangunan RS karena kurangnya koordinasi antar lembaga kemitraan.
“Kami di komisi III sebetulnya tidak pernah membahas pembangunan RS ini. Ya dampaknya seperti ini, kita sama-sama melihat bahwa pasti akan ada terjadi keterlambatan dan asistensi dari Komisi III ini baru bisa kita lakukan,” tegas Hasanuddin.
Ia berharap pemrov Kaltim kedepannya setiap pembangunan yang berkaitan dengan Komisi III dibicarakan dengan baik sehingga segala hambatan bisa dibahas bersama, terutama dalam menghadapi berbagai macam kendala.
“Harapan saya kedepannya agar setiap pembangunan yang berhubungan dengan kemitraan termasuk pembangunan RS korpri ini perlu dibahas bersama, supaya kita bisa mulai dari awal,” harap Hasanuddin.
Lanjutnya, selain karena hal tersebut, keterlambatan pembangunan RS juga selalu dihadapkan dengan cuaca, yakni hujan. Kendala lain seperti kurangnya persediaan bahan material bangunan yang terus diungkapkan oleh pihak pengelola proyek.
“Keterlambatan seperti ini, dengan segala macam problem karena curah hujan tinggi, bahan material yang susah dan seterusnya ini hal yang sudah selalu berulang terjadi, dampaknya seperti sekarang ini, ini sudah terlambat, sudah akhir tahun tapi pembangunannya belum sampai 50 persen,” tegas Hasanuddin.
Manajer proyek rumah sakit Korpri Erik Hermanus mengaku lambatnya pembangunan karena beberapa hambatan, yakni adanya perubahan posisi tiang pancang dan kondisi lahan yang lumpur akibat rawa-rawa.
“Disini lahannya lumpur jadi waktu pemancangan pun kami mengalami kendala akibat lumpur, bahkan sempat kita tergenang karena banjir,” ungkapnya.
Selain itu, kendala lainnya adalah keterbatasan bahan material bangunan. Kemudian kendala yang besar juga dengan adanya perubahan lokasi bangunan yang menurut ketetapan awalnya di Jalan Kesuma Bangsa, tapi dipindahkan ke Jalan Wahid Hasyim lokasi sekarang.
“Tadinya lokasi bukan disini, tapi di Jalan Kesuma bangsa, lalu dipindahkan kesini, maka pada waktu dipindahkan dan lelang sementara berjalan,” terang Erik.
Diketahui, pembangunan rumah sakit korpri tipe D itu secara keseluruhan membutuhkan anggaran sebesar Rp43,3 miliar.
Penulis: Cintia